Minggu, 23 Desember 2012

Desain Grafis



 Grafis  :    Aktivitas membuat, menyunting & menyusunobjek sehingga diperoleh hasil objek baru seperti yang dikehendaki.
Modal terbesar menjadi desainer : Konsep & Ide
Konsep :    Pengertian yang diperoleh dari pengetahuan & pengalaman yang dituangkan kedalam media Output.
Ide      :    Muncul jika desainer memiliki pengalaman & selalu memperkaya pengalaman itu.
Seni     :    adalah salah satu cara atau ekspresi seseorang untuk berkomunikasi dan mengekspresikan dirinya.
Seni memerlukan keterampilan (Skill/bakat), pengetahuan tentang estetika dan kemampuan untuk berkomunikasi.



Prinsip-prinsip Desain dan Dasar Grafis

-    Keseimbangan (susunan)
-    Kontras (berlawanan)
-    Konsistensi Audiens (pesan)
-    Ruang kosong (ruang negatif)

Dasar-dasar Desain
-    Tata letak yang rapi
-    Pewarnaan yang baik
-    Bentuk-bentuk yang menarik
-    Tipografi yang menarik (seni dalam huruf)

ENAM CARA MENCETAK JANIN CERDAS



1.    Minum Susu
Susu kaya protein, vitamin A, vitamin B12, vitamin D, potasium, fosfor, serta niasin. Selain itu, susu berperan penting pada fungsi syaraf, kontraksi otot, dan pembekuan darah. Bahkan vitamin D, di dalamnya bisa membantu penyerapan kalsium.
Susu juga mengandung choline, zat gizi yang berandil mengantarkan rangsang ke syaraf otak. Ibu hamil yang mengonsumsi choline, dalam jumlah cukup akan melahirkan bayi dengan kemampuan memori yang bagus sepanjang hidupnya. jadi, Choline meman berpengaruh terhadap perkembangan otakdan memori pada otak janin anda.

2.    Makan Ikan
Kecerdasadan janin dapat dimaksimalkan dengan asupan cukup protein. Protein bagus berasal dari hewani, seperti ikan, ayam, daging dan telur. Protein terbaik untuk membentuk kecerdasan bayi bersumber dari ikan laut dalam ( tuna, salmon, kakap) karena mengandung asam lemak, yakni DHA (asam dokosaheksanoat) yang mirip asam lemak omegga-3. Asam lemak omega-3 paling banyak terdapat di bagian kepala ikan. Jadi, bila makan ikan, bagian kepalanya jangan dibuang (bagus juga menyantap gulai kepala ikan). Apabila janin tidak mendapatkan DHA yang mencukupi dikhwatirkan, besarnya akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi, gangguan sistem kekebalan, serta kesulitan belajar. (kalau anda berbakat alergi, konsultasi dulu ke dokter).

Kamis, 06 Desember 2012

Cara Cepat Menempuh Perkuliahan


Strategi kuliah cepat lulus 3,5 tahun

Setiap mahasiswa ketika awal memasuki dunia kampus selalu bercita-cita dan berharap bahwa mereka akan menyelesaikan proses perkuliahan dengan waktu “secepat mungkin” dan dengan hasil yang memuaskan. Jika harapan demikian tidak terbesit dihati maka hal tersebut sangat disayangkan apalagi pemilihan universitas beserta jurusan/program studi sering menggunakan pepatah “Berbaris ikut panjang, bertepuk ikut ramai”. Mudah-mudahan Anda tidak demikian adanya dan semua merupakan panggilan hati nurani Anda sendiri.
Kembali ke paragraf awal tentang kuliah “secepat mungkin”. Peraturan pemerintah mengatur bahwa  kuliah S1 memiliki beban SKS minimal 144 SKS dan maksimal 160 SKS dengan masa tempuh normal selama 4 tahun (8 semester). Jumlah SKS tersebut menyesuaikan kebutuhan Prodi yang bersangkutan. Berdasarkan Analisis SWOT dan analisis-analisis yang lain, STIE-MCE menetapkan total SKS sebanyak 144 SKS untuk angkatan 2008 keatas (dulu 154 SKS) dengan beban per semesternya maksimal 21 SKS (dulu 24 SKS). Hal ini dimaksudkan agar aktivitas belajar dapat lebih ditingkatkan dengan mengacu pada graduate attribute STIE-MCE.  Sehingga tujuan untuk menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi yang memiliki soft skill maupun hard skill yang baik dapat tercapai.

Pembentukan Vokal


A. Berdasarkan posisi bibir
a. Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, vokal [u], [o] dan [a].
b. Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau melebar. Misalnya, [I], [e] dan [].
B. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah
a. Vokal tinggi, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke rahang atas : [I] dan [u].
b. Vokal madya , yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas : [a] dan [].
c. Vokal rendah, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi sejauh-jauhnya : [a].
C. Berdasarkan maju mundurnya lidah
a. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian depan : [i] dan[e].
b. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah : [a] dan [].
c. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian belakang : [u] dan [o].

Teori B.F Skinner

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajartingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognitif mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan di abad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul – betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.
Konsep-konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana sejarah munculnya teori B.F Skinner?
2.    Seperti apakah teori B.F Skinner?
3.    Bagaimana aplikasinya terhadap pembelajaran?
4.    Seperti apakah analisis perilaku terapannya dalam pendidikan?
5.    Apa kelebihan dan kekurangan dari teori Skinner?
C.  Tujuan
Adapun tujuan dari penbuatan makalah ini dengan tujuan agar penulis mampu memahami:
1.    Sejarah munculnya teori kondisioning operant B.F Skinner.
2.    Teori B.F Skinner.
3.    Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran.
4.    Analisis perilaku terapan dalam pendidikan.
5.    Kelebihan dan kekurangan teori Skinner.





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah teori ( Pembiasaan Perilaku Respon) Operant Conditioning
Menurut B.F. Skinner Burrhus Frederic "B. F." Skinner adalah pakar psikologi yang lahir di pedesaan. Bercita-cita menjadi seorang penulis fiksi, ia pernah secara intensif berlatih menulis. Namun pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki bakat tersebut. Pada suatu saat secara kebetulan ia membaca buku yang mengulastentang behaviorismenya Watson. Ketertarikannya terhadap Psikologi pun berlanjut, sehingga ia memutuskan untuk belajar Psikologi di Harvard University (AS) dan memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1931.
Setelah dua kalipindah mengajar di dua universitas, Ia kembali mengajar di almamaternya hingga menjadi profesor di tahun 1948. Skinner menjadi terkenal karena kepeloporannya melakukan riset terhadap belajar dan perilaku. Selama 60 tahun karirnya, Skinner menemukan berbagai prinsip penting dari operant conditioning, suatu tipe belajar yang melibatkan penguatan dan hukuman. Sebagai seorang behavioris sejati, Skinner yakin bahwa operant conditioning dapat menjelaskan bahkan perilaku manusia yang paling kompleks sekalipun. Pada kenyataannya, Skinnerlah memang yang pertama kali memberi istilah operant conditioning.
Terkenalnya Skinner bukan hanya risetnya dengan binatang, tetapi juga pengakuan kontroversialnya bahwa prinsip-prinsip belajaryang ia temukan dengan menggunakan kotaknya juga dapat diterapkan untuk perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Asas pengkondisian operant B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operant adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operant.
B.  Prinsip-prinsip Operant Conditioning
Selama lebih 60 tahun dari karirnya, Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip mendasar dari operant conditioning yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah perilaku yang telah ada. Prinsip-prinsip utamanya adalah reinforcement (penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan), discrimination (pembedaan), dan generalization (generalisasi).
1.    Penguatan Reinforcement (penguatan).
berarti proses yang memperkuat perilaku yaitu, memperbesar kesempatan supaya perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum reinforcement, yaitu positif dan negatif.  Eksperimen Thorndike dan Skinner menggambarkan reinforcement positif, suatu metode memperkuat perilaku dengan menyertakan stimulus yang menyenangkan. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan perilaku baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat positif meliputi item-item mendasar seperti makanan, minuman, seks, dan kenyamanan yang bersifat fisikal.
Penguat positif lain meliputi kepemilikan materi, uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan sukses karir seseorang. Bergantung pada situasi dan kondisi, penguatan positif dapat memperkuat perilaku baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Anak-anak kemungkinan mau bekerja keras di rumah maupun di sekolah karena penghargaan yang mereka terima dari orang tua maupun gurunya karena unjuk kerjanya yang bagus.
Namun demikian, mereka mungkin juga mengganggu kelas, mencoba melakukan hal-hal yang berbahaya, atau mulai merokok karena perilaku-perilaku tersebut mengarahkan perhatian dan penerimaan dari kelompok sebayanya. Salah satu penguat yang paling umum untuk perilaku manusia adalah uang. Banyak orang dewasa menghabiskan waktunya selama berjam-jam untuk pekerjaan mereka karena imbalan upah. Untuk individu tertentu, uang dapat juga menjadi penguat untuk perilaku yang tidak diinginkan, seperti perampokan, penjualan obat bius, dan penggelapan pajak. Reinforcement negatif merupakan suatu cara untuk memperkuat suatu perilaku melalui cara menyertainya dengan menghilangkan atau meniadakan stimulus yang tidak menyenangkan.
Ada dua tipe reinforcement negatif : mengatasi dan menghindari. Di dalam tipe pertama (mengatasi), seseorang melakukan perilaku khusus mengarah pada menghilangkan stimulus yang tidak mengenakkan. Sebagai contoh, jika seseorang dengan sakit kepala mencoba obat jenis baru pengurang rasa sakit dan sakit kepalanya dengan cepat hilang, orang ini kemungkinan akan menggunakan obat itu lagi ketika terjadi lagi sakit kepala. Dalam tipe kedua (menghindari), seseorang melakukan suatu perilaku menghindari akibat yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, pengemudi kemungkinan mengambil jalur tepi jalan raya untuk menghindari tabrakan beruntun, pengusaha membayar pajak untuk menghindari denda dan hukuman, dan siswa mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk menghindari nilai buruk.
2.    Hukuman (punishment)
Apabila reinforcement memperkuat perilaku, hukuman memperlemah, mengurangi peluangnya terjadi lagi di masa depan. Sama halnya dengan reinforcement, ada dua macam hukuman, positif dan negatif. Hukuman yang positif meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi. Orang tua menggunakan hukuman positif ketika mereka memukul, memarahi, atau meneriaki anak karena perilaku yang buruk. Masyarakat menggunakan hukuman positif ketika mereka menahan atau memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.
Hukuman negatif atau disebut juga peniadaan, meliputi mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku terjadi. Taktik orang tua yang membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya karena perbuatan anaknya yang buruk merupakan contoh hukuman negatif. Kontroversi yang besar terjadi manakala membicarakan apakah hukuman merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau meniadakan perilaku yang tidak diinginkan. Eksperimen dalam laboratorium yang sangat hati- hati membuktikan bahwa ketika hukuman digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang efektif dalam mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun demikian, hukuman memiliki beberapa kelemahan.
Ketika seseorang dihukum sehingga sangat menderita, ia menjadi marah, agresif, atau reaksi emosional negatif lainnya. Mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti perilaku salah mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya, seperti halnya ketika seorang anak lari dari rumahnya. Lagi pula, hukuman mungkin mengeliminasi perilaku yang dikehendaki bersamaan dengan hilangnya perilaku yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, seorang anak yang dipukul karena membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan tidak berani lagi tunjuk jari. Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya, banyak pakar psikologi yang merekomendasikan bahwa hukuman hanya boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku ketika tidak ada alternatif lain yang lebih realistis.
3.    Pembentukan (shaping)
Pembentukan merupakan teknik penguatan yang digunakan untuk mengajar perilaku hewan atau manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam cara ini, guru memulainya dengan penguatan kembali suatu respons yang dapat dilakukan oleh pembelajar dengan mudah, dan secara berangsur-angsur ditambah tingkat kesulitan respons yang dibutuhkan. Sebagai contoh, mengajar seekor tikus menekan tuas yang terletak di atas kepalanya, pelatihnya dapat pertama-tama memberikan hadiah pada gerakan kepala apapun ke arah atas, kemudian gerakan ke arah atas 2,5 cm, dan seterusnya, sampai gerakan tersebut mampu menekan tuas.
Pakar psikologi telah menggunakan shaping (pembentukan) ini untuk mengajarkan kemampuan berbicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental yang parah dengan pertama-tama memberikan hadiah pada suara apa pun yang mereka keluarkan, dan kemudian secara berangsur menuntut suara yang semakin menyerupai kata-kata dari gurunya. Pelatih binatang di dalam sirkus dan kebun binatang menggunakan shaping ini untuk mengajar gajah berdiri dengan hanya bertumpu pada kaki belakangnya saja, harimau berjalan di atas bola, anjing berjalan di dalam roda yang berputar ke arah belakang, dan paus pembunuh dan lumba-lumba melompat melalui lingkaran.
4.    Eliminasi (extinction)
Penguatan Sebagaimana dalam classical conditioning, respons yang dipelajari di dalam operant conditioning tidak selalu permanen. Di dalam operant conditioning, extinction (eliminasi kondisi) merupakan eliminasi dari perilaku yang dipelajari dengan menghentikan penguat dari perilaku tersebut. Jika seekor tikus telah belajar menekan tuas karena dengan melakukan ini hewan tersebut menerima makanan, tingkat penekanannya pada tuas akan berkurang dan pada akhirnya berhenti sama sekali jika makanan tidak lagi diberikan. Pada manusia, menarik kembali penguat akan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh, orang tua seringkali memberikan reinforcement negatif sifat marah anak-anak muda dengan memberinya perhatian. Jika orang tua mengabaikan saja kemarahan anak-anak dengan lebih memberikannya hadiah berupa perhatian tersebut, frekuensi kemarahan dari anak-anak tersebut seharusnya secara berangsur- angsur akan berkurang.
5.    Generalisasi dan Diskriminasi
Generalisasi dan diskriminasi yang terjadi di dalam operant conditioning nyaris sama dengan yang terjadi di dalam classical conditioning. Dalam generalisasi, seseorang suatu perilaku yang telah dipelajari dalam suatu situasi dilakukan dalam kesempatan lain namun situasinya sama. Sebagai misal, seseorang yang diberi hadiah dengan tertawa atas ceritanya yang lucu di suatu bar akan mengulang cerita yang sama di retoran, pesta, atau resepsi pernikahan. Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi namun tidak dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya di dalam gereja atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan tidak akan membuat orang tertawa.
Stimuli diskriminatif memberikan peringatan bahwa suatu perilaku sepertinya diperkuat negatif. Orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika ia berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif). Belajar ketika perilaku akan dan tidak akan diperkuat merupakan bagian penting dari operant conditioning.
C.  Penerapan Operant Conditioning
Operant conditioning memiliki manfaat praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat memperkuat perilaku anak-anaknya yang sesuai dan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, dan mereka dapat menggunakan teknik generalisasi dan diskriminasi untuk membelajarkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu. Di dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan sedikit hadiah atau hak-hak tertentu. Perusahaan menggunakan hadiah untuk memperbaiki kehadiran, produktivitas, dan keselamatan kerja bagi para pekerjanya.
Pakar psikologi yang disebut terapis perilaku menggunakan prinsip-prinsip belajar operant conditioning untuk merawat anak-anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan pakar psikologis ataupun masalah perilaku. Terapis perilaku ini menggunakan teknik shaping untuk mengajar keterampilan bekerja pada orang-orang dewasa yang mengalami keterbelakangan mental. Mereka menggunakan teknik reinforcement untuk mengajar keterampilan merawat diri sendiri padaorang-orang yang menderita sakit mental yang parah, dan menggunakan hukumandan ekstingsi (eliminasi kondisi) untuk mengurangi perilaku agresif dan antisosial dari orang-orang tersebut. Pakar psikologi juga menggunakan teknik operant conditioning untuk merawat kecenderungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalahan perkawinan, kecanduan obat terlarang, perilaku konsumtif, kelainan perilaku dalam makan, dan masalah lainnya.
D.  Teori Operant Conditioning
a.    Pokok Teori
Menurut Skinner tingkah laku bukanlah sekedar respons terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant; operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Jadi operant conditioning atau operant learning, itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku ialah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak diantara dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi). Hal ini dapat dilukiskan sebagai berikut:

Tahap-Tahap Proses Operant Conditioning
ANTECEDENTS                       PERILAKU                         KONSEKUENSI
Kondisi-kondisi                      Aktivitas yang                                   Hasil- hasil/
yang mengarahkan                     dilakukan                                    Dampak-dampak
kepada perilaku                        dari perilaku
tertentu
Dengan demikian tingkah laku itu dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain di waktu yang akan datang.
b. Mengendalikan Konsekuensi
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan atau pun tidak menyanangkan bagi yang bersangkutan. Bermacam-macamnya penjatahan waktu bagi konsekuensi dapat juga berpengaruh terhadap yang bersangkutan. Ada dua hal yang perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi ini, yaitu reinforcement dan hukuman.
1)   Reinforcement
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, reinforcement mempunyai arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain unt uk menentukan reinforcer ialah bahwa reinforcer itu dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:
a)    Reinforcement positif
Reinforcement positif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu).  Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa benda-benda, dan makanan). Contohnya: pujian atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat, memperteguh, atau mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.
b)   Reinforcement negatif
Reinforcement negatif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif ini memperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan yang bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.
2)   Hukuman
Reinforcement negatif ini sering dikacaukan dengan hukuman. Proses reinforcement (positif atau pun negatif) selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku. Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang serupa di saat lain. Seperti halnya reinforcement, hukuman juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a)   Presentation punishment
Presentation punishment terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan atau diberikan; misalnya guru memberikan tugas-tugas tambahan karena kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh murid-muridnya.

b)   Removal punishment
Removal punishment terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Contoh, anak tidak diperkenankan nonton televisi selama seminggu karena tidak belajar.
Dengan kedua cara hukuman tersebut, akibatnya ialah berkurangnya tingkah laku yang menyebabkan dikenakannya hukuman.
E.  Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.    Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.    Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3.    Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
4.    Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
5.    Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
6.    Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
7.    Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
8.    Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
9.    Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
10.     Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
11.     Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
12.     Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operant.
13.     Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
14.     Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda- beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
F.   Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operant untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu:
1.    Meningkatkan perilaku yang diharapkan.
Ada lima strategi pengkondisian operant dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
a.    Memilih Penguatan yang efektif, tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak.
b.    Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu.
c.    Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
d.   Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
e.    Memilih jadwal penguatan terbaik Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah:
1)   Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
2)   Jadwal rasio variabel: suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat di peridiksi.
3)   Jadwal interval - tetap: respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
4)   Jadwal interval - variabel: suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
2.    Menggunakan Perjanjian.
Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
3.    Menggunakan penguatan negatif secara efektif.
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan ”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.
G.  Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner
1.    Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

2.    Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
a.    teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
b.    keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar- mengajar.
Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.












BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip mendasar dari operant conditioning yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah perilaku yang telah ada. Prinsip-prinsip utamanya adalah reinforcement (penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan), discrimination (pembedaan), dan generalization (generalisasi).
Asas-asas kondisioning operant adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operant.
Operant conditioning memiliki manfaat praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat memperkuat perilaku anak-anaknya yang sesuai dan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, dan mereka dapat menggunakan teknik generalisasi dan diskriminasi untuk membelajarkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu. Di dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan sedikit hadiah atau hak-hak tertentu.


B.  Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan sumber yang cukup mendasar dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini pula, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Oleh karena  itu, penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya kami berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang Teori Pembiasaan Perilaku Respon (Operant Conditining) B.F Skinner.