BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Banyak
teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19
teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah
teori belajartingkah laku (behaviorisme)
yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang
dikenal dengan istilah pengkondisian
klasik (classical conditioning) dan
kemudian teori belajar tingkah laku
ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori
belajar behaviorisme ini berorientasi
pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku
yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu
perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak
banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi.
Di awal
abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme
mulai ditinggalkan dan banyak ahli
psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognitif
mempengaruhi prilaku. Penekanan
kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai
ditinggalkan di abad
ini, namun mengkolaborasikan teori
ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran
yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul – betul
cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang pas dan efektif.
Konsep-konsep
yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia
mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner
hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah munculnya teori B.F
Skinner?
2.
Seperti apakah teori B.F Skinner?
3.
Bagaimana aplikasinya terhadap
pembelajaran?
4.
Seperti apakah analisis perilaku
terapannya dalam pendidikan?
5.
Apa kelebihan dan kekurangan dari teori
Skinner?
C. Tujuan
Adapun tujuan
dari penbuatan makalah ini dengan tujuan agar penulis mampu memahami:
1. Sejarah munculnya teori kondisioning
operant B.F Skinner.
2. Teori B.F Skinner.
3. Aplikasi teori skinner terhadap
pembelajaran.
4. Analisis perilaku terapan dalam
pendidikan.
5. Kelebihan dan kekurangan teori
Skinner.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
teori ( Pembiasaan
Perilaku Respon) Operant Conditioning
Menurut
B.F. Skinner Burrhus Frederic "B. F."
Skinner adalah pakar psikologi yang lahir di pedesaan. Bercita-cita menjadi seorang penulis
fiksi, ia pernah secara intensif berlatih menulis. Namun pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya
tidak memiliki bakat tersebut.
Pada suatu saat secara kebetulan ia membaca buku yang mengulastentang
behaviorismenya Watson. Ketertarikannya terhadap Psikologi pun berlanjut, sehingga ia memutuskan untuk
belajar Psikologi di Harvard University
(AS) dan memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1931.
Setelah
dua kalipindah mengajar di dua universitas, Ia kembali mengajar di almamaternya
hingga menjadi profesor di tahun 1948. Skinner menjadi terkenal karena kepeloporannya
melakukan riset terhadap belajar dan perilaku. Selama 60 tahun karirnya, Skinner menemukan
berbagai prinsip penting
dari operant conditioning, suatu tipe
belajar yang melibatkan penguatan dan hukuman. Sebagai seorang behavioris sejati, Skinner yakin
bahwa operant conditioning dapat menjelaskan bahkan perilaku
manusia yang paling kompleks sekalipun.
Pada kenyataannya, Skinnerlah memang yang pertama kali memberi istilah operant conditioning.
Terkenalnya
Skinner bukan hanya risetnya dengan binatang, tetapi juga pengakuan kontroversialnya bahwa
prinsip-prinsip belajaryang ia temukan dengan menggunakan kotaknya juga dapat
diterapkan untuk perilaku
manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Asas pengkondisian operant B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an,
pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu
keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang
kuat pada pelaksanaan penelitian Konsep-konsep yang dikemukanan
Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Skinner
tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki
sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan
tingkah laku tidak lengkap
untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak
tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap
organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan
organisme itu merespon nanti.
Asas-asas
kondisioning operant adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi
bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak
seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike.
Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas
kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operant.
B. Prinsip-prinsip
Operant Conditioning
Selama lebih 60 tahun dari karirnya,
Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip mendasar dari operant
conditioning yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah
perilaku yang telah ada. Prinsip-prinsip utamanya adalah reinforcement
(penguatan kembali), punishment
(hukuman), shaping
(pembentukan), extinction
(penghapusan), discrimination
(pembedaan), dan generalization (generalisasi).
1.
Penguatan
Reinforcement (penguatan).
berarti
proses yang memperkuat perilaku yaitu, memperbesar kesempatan supaya perilaku
tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum reinforcement, yaitu positif dan
negatif. Eksperimen Thorndike dan Skinner menggambarkan reinforcement
positif, suatu metode memperkuat perilaku dengan menyertakan stimulus yang
menyenangkan. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam
mengendalikan perilaku baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat
positif meliputi item-item mendasar seperti makanan, minuman, seks, dan kenyamanan
yang bersifat fisikal.
Penguat
positif lain meliputi kepemilikan materi, uang, persahabatan, cinta, pujian,
penghargaan, perhatian, dan sukses karir seseorang. Bergantung pada situasi dan
kondisi, penguatan positif dapat memperkuat perilaku baik yang diinginkan
maupun yang tidak diinginkan. Anak-anak kemungkinan mau bekerja keras di rumah
maupun di sekolah karena penghargaan yang mereka terima dari orang tua maupun
gurunya karena unjuk kerjanya yang bagus.
Namun
demikian, mereka mungkin juga mengganggu kelas, mencoba melakukan hal-hal yang
berbahaya, atau mulai merokok karena perilaku-perilaku tersebut mengarahkan
perhatian dan penerimaan dari kelompok sebayanya. Salah satu penguat yang
paling umum untuk perilaku manusia adalah uang. Banyak orang dewasa
menghabiskan waktunya selama berjam-jam untuk pekerjaan mereka karena imbalan
upah. Untuk individu tertentu, uang dapat juga menjadi penguat untuk perilaku
yang tidak diinginkan, seperti perampokan, penjualan obat bius, dan penggelapan
pajak. Reinforcement negatif merupakan suatu cara untuk memperkuat suatu
perilaku melalui cara menyertainya dengan menghilangkan atau meniadakan stimulus
yang tidak menyenangkan.
Ada dua
tipe reinforcement negatif : mengatasi dan menghindari. Di dalam tipe pertama
(mengatasi), seseorang melakukan perilaku khusus mengarah pada menghilangkan
stimulus yang tidak mengenakkan. Sebagai contoh, jika seseorang dengan sakit
kepala mencoba obat jenis baru pengurang rasa sakit dan sakit kepalanya dengan
cepat hilang, orang ini kemungkinan akan menggunakan obat itu lagi ketika
terjadi lagi sakit kepala. Dalam tipe kedua (menghindari), seseorang melakukan
suatu perilaku menghindari akibat yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh,
pengemudi kemungkinan mengambil jalur tepi jalan raya untuk menghindari
tabrakan beruntun, pengusaha membayar pajak untuk menghindari denda dan
hukuman, dan siswa mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk menghindari nilai buruk.
2.
Hukuman (punishment)
Apabila
reinforcement memperkuat perilaku, hukuman memperlemah, mengurangi peluangnya
terjadi lagi di masa depan. Sama halnya dengan reinforcement, ada dua macam
hukuman, positif dan negatif. Hukuman yang positif meliputi mengurangi perilaku
dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi.
Orang tua menggunakan hukuman positif ketika mereka memukul, memarahi, atau
meneriaki anak karena perilaku yang buruk. Masyarakat menggunakan hukuman
positif ketika mereka menahan atau memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.
Hukuman
negatif atau disebut juga peniadaan, meliputi mengurangi perilaku dengan
menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku terjadi. Taktik orang
tua yang membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya
karena perbuatan anaknya yang buruk merupakan contoh hukuman negatif.
Kontroversi yang besar terjadi manakala membicarakan apakah hukuman merupakan
cara yang efektif dalam mengurangi atau meniadakan perilaku yang tidak
diinginkan. Eksperimen dalam laboratorium yang sangat hati- hati membuktikan
bahwa ketika hukuman digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang
efektif dalam mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun demikian,
hukuman memiliki beberapa kelemahan.
Ketika
seseorang dihukum sehingga sangat menderita, ia menjadi marah, agresif, atau
reaksi emosional negatif lainnya. Mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti
perilaku salah mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya, seperti halnya
ketika seorang anak lari dari rumahnya. Lagi pula, hukuman mungkin
mengeliminasi perilaku yang dikehendaki bersamaan dengan hilangnya perilaku
yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, seorang anak yang dipukul karena
membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan tidak berani lagi tunjuk jari.
Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya, banyak pakar psikologi yang
merekomendasikan bahwa hukuman hanya boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku
ketika tidak ada alternatif lain yang lebih realistis.
3.
Pembentukan (shaping)
Pembentukan
merupakan teknik penguatan yang digunakan untuk mengajar perilaku hewan atau
manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam cara ini, guru
memulainya dengan penguatan kembali suatu respons yang dapat dilakukan oleh
pembelajar dengan mudah, dan secara berangsur-angsur ditambah tingkat kesulitan
respons yang dibutuhkan. Sebagai contoh, mengajar seekor tikus menekan tuas
yang terletak di atas kepalanya, pelatihnya dapat pertama-tama memberikan
hadiah pada gerakan kepala apapun ke arah atas, kemudian gerakan ke arah atas
2,5 cm, dan seterusnya, sampai gerakan tersebut mampu menekan tuas.
Pakar
psikologi telah menggunakan shaping (pembentukan) ini untuk mengajarkan
kemampuan berbicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental yang parah
dengan pertama-tama memberikan hadiah pada suara apa pun yang mereka keluarkan,
dan kemudian secara berangsur menuntut suara yang semakin menyerupai kata-kata
dari gurunya. Pelatih binatang di dalam sirkus dan kebun binatang menggunakan
shaping ini untuk mengajar gajah berdiri dengan hanya bertumpu pada kaki
belakangnya saja, harimau berjalan di atas bola, anjing berjalan di dalam roda
yang berputar ke arah belakang, dan paus pembunuh dan lumba-lumba melompat
melalui lingkaran.
4.
Eliminasi (extinction)
Penguatan
Sebagaimana dalam classical conditioning, respons yang dipelajari di dalam
operant conditioning tidak selalu permanen. Di dalam operant conditioning,
extinction (eliminasi kondisi) merupakan eliminasi dari perilaku yang
dipelajari dengan menghentikan penguat dari perilaku tersebut. Jika seekor
tikus telah belajar menekan tuas karena dengan melakukan ini hewan tersebut
menerima makanan, tingkat penekanannya pada tuas akan berkurang dan pada
akhirnya berhenti sama sekali jika makanan tidak lagi diberikan. Pada manusia,
menarik kembali penguat akan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Sebagai
contoh, orang tua seringkali memberikan reinforcement negatif sifat marah
anak-anak muda dengan memberinya perhatian. Jika orang tua mengabaikan saja
kemarahan anak-anak dengan lebih memberikannya hadiah berupa perhatian
tersebut, frekuensi kemarahan dari anak-anak tersebut seharusnya secara
berangsur- angsur akan berkurang.
5. Generalisasi dan Diskriminasi
Generalisasi
dan diskriminasi yang terjadi di dalam operant conditioning nyaris sama dengan
yang terjadi di dalam classical conditioning. Dalam generalisasi, seseorang
suatu perilaku yang telah dipelajari dalam suatu situasi dilakukan dalam
kesempatan lain namun situasinya sama. Sebagai misal, seseorang yang diberi hadiah
dengan tertawa atas ceritanya yang lucu di suatu bar akan mengulang cerita yang
sama di retoran, pesta, atau resepsi pernikahan. Diskriminasi merupakan proses
belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi namun tidak
dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya di
dalam gereja atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan tidak akan
membuat orang tertawa.
Stimuli
diskriminatif memberikan peringatan bahwa suatu perilaku sepertinya diperkuat
negatif. Orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika ia
berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif).
Belajar ketika perilaku akan dan tidak akan diperkuat merupakan bagian penting
dari operant conditioning.
C. Penerapan
Operant Conditioning
Operant conditioning memiliki manfaat praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat memperkuat perilaku
anak-anaknya yang sesuai dan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, dan mereka dapat
menggunakan teknik generalisasi
dan diskriminasi untuk membelajarkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu. Di
dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan sedikit hadiah atau hak-hak
tertentu. Perusahaan menggunakan
hadiah untuk memperbaiki kehadiran, produktivitas, dan keselamatan kerja bagi para
pekerjanya.
Pakar
psikologi yang disebut terapis perilaku menggunakan prinsip-prinsip belajar operant
conditioning
untuk merawat anak-anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan pakar psikologis ataupun
masalah perilaku. Terapis perilaku ini menggunakan teknik shaping untuk mengajar keterampilan
bekerja pada orang-orang dewasa yang mengalami keterbelakangan mental. Mereka
menggunakan teknik reinforcement untuk mengajar keterampilan merawat diri sendiri
padaorang-orang yang menderita sakit mental yang parah, dan menggunakan
hukumandan ekstingsi (eliminasi kondisi) untuk mengurangi perilaku agresif dan antisosial dari orang-orang
tersebut. Pakar psikologi juga menggunakan teknik operant conditioning
untuk merawat kecenderungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalahan perkawinan, kecanduan obat terlarang,
perilaku konsumtif, kelainan
perilaku dalam makan, dan masalah lainnya.
D. Teori
Operant Conditioning
a. Pokok
Teori
Menurut
Skinner tingkah laku bukanlah sekedar respons terhadap stimulus, tetapi suatu
tindakan yang disengaja atau operant; operant ini dipengaruhi oleh apa yang
terjadi sesudahnya. Operant adalah
sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan
yang dekat. Jadi operant conditioning
atau operant learning, itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku
ialah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Tingkah laku
ini terletak diantara dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang
mengikutinya (konsekuensi). Hal ini dapat dilukiskan sebagai berikut:
Tahap-Tahap
Proses Operant Conditioning
ANTECEDENTS PERILAKU KONSEKUENSI
Kondisi-kondisi Aktivitas yang Hasil-
hasil/
yang
mengarahkan
dilakukan
Dampak-dampak
kepada
perilaku dari
perilaku
tertentu
Dengan
demikian tingkah laku itu dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau
kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan apakah
seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain di waktu yang akan
datang.
b.
Mengendalikan Konsekuensi
Konsekuensi
yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan atau pun tidak
menyanangkan bagi yang bersangkutan. Bermacam-macamnya penjatahan waktu bagi
konsekuensi dapat juga berpengaruh terhadap yang bersangkutan. Ada dua hal yang
perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi ini, yaitu reinforcement dan hukuman.
1) Reinforcement
Dalam
pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Tetapi
dalam dunia psikologi, reinforcement mempunyai arti lebih khusus, yaitu
konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu.
Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah
laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan
oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain unt uk menentukan reinforcer ialah bahwa reinforcer itu
dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement
ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:
a)
Reinforcement
positif
Reinforcement
positif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu
respon (tingkah laku tertentu). Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan),
baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun secara non-verbal
(isyarat, senyuman, hadiah berupa benda-benda, dan makanan). Contohnya: pujian
atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak yang telah berhasil
menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat, memperteguh, atau mendorong
anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.
b)
Reinforcement
negatif
Reinforcement negatif
adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari
respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan
atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif ini memperkuat tingkah laku dengan cara
menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu
menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan yang
bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat
menghadapi situasi yang serupa.
2) Hukuman
Reinforcement
negatif ini sering dikacaukan dengan hukuman. Proses reinforcement (positif atau pun negatif) selalu berupa memperkuat
tingkah laku. Sebaliknya hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah
laku. Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman, kecil kemungkinannya diulangi
lagi pada situasi-situasi yang serupa di saat lain. Seperti halnya reinforcement, hukuman juga dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a) Presentation punishment
Presentation
punishment terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan atau
diberikan; misalnya guru memberikan tugas-tugas tambahan karena
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh murid-muridnya.
b) Removal punishment
Removal
punishment terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya
menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Contoh, anak tidak
diperkenankan nonton televisi selama seminggu karena tidak belajar.
Dengan
kedua cara hukuman tersebut, akibatnya ialah berkurangnya tingkah laku yang
menyebabkan dikenakannya hukuman.
E. Aplikasi
Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa
aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Bahan
yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.
Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
3.
Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sistem modul.
4.
Tes
lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
5.
Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
6.
Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
7.
Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
8.
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
9.
Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu).
10.
Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
11.
Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
12.
Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operant.
13.
Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching machine.
14.
Melaksanakan
mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda- beda. Tugas guru berat, administrasi
kompleks.
F.
Analisa Perilaku terapan dalam
pendidikan.
Analisis
Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operant untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga
penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu:
1. Meningkatkan perilaku yang
diharapkan.
Ada lima strategi pengkondisian operant
dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
a. Memilih Penguatan yang efektif, tidak semua penguatan akan sama
efeknya bagi anak.
b. Analisis perilaku terapan
menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak,
yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu.
c. Untuk mencari penguatan yang efektif
bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa
lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak
terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
d. Menjadikan penguat kontingen dan
tepat waktu Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah
murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali
menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan akan lebih
efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid
menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku
sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak
memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat
hubungan kontingensi.
e. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat
jadwal penguatan utama adalah:
1) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku
diperkuat setelah sejumlah respon.
2) Jadwal rasio variabel: suatu
perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak
berdasarkan basis yang dapat di peridiksi.
3) Jadwal interval - tetap: respons
tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
4) Jadwal interval - variabel: suatu
respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
2. Menggunakan Perjanjian.
Perjanjian
(contracting) adalah menempatkan kontigensi
penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai
harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis
perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari
guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di
tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
3. Menggunakan penguatan negatif secara
efektif.
Dalam
penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut
menghilangkan stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan ”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR
mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini
berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.
G. Kelebihan
dan kekurangan Menurut B.F. Skinner
1.
Kelebihan
Pada teori
ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
2.
Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994)
adalah bahwa:
a.
teknologi
untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis,
b.
keseringan
respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang
kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan
akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-
mengajar.
Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas
guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori
Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan
siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri
konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan
dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada
siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Skinner mengidentifikasi sejumlah
prinsip mendasar dari operant conditioning yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah perilaku
yang telah ada. Prinsip-prinsip utamanya
adalah reinforcement (penguatan
kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan), discrimination
(pembedaan), dan generalization (generalisasi).
Asas-asas kondisioning operant
adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi
bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak
seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike.
Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas
kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operant.
Operant
conditioning
memiliki manfaat praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat memperkuat perilaku
anak-anaknya yang sesuai dan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, dan mereka dapat
menggunakan teknik generalisasi
dan diskriminasi untuk membelajarkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu. Di
dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan sedikit hadiah atau hak-hak
tertentu.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah
ini, kami menggunakan sumber yang cukup mendasar dalam pembuatan makalah
ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode
pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini
pula, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan
diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu
menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya kami berharap
agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya
dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang Teori Pembiasaan Perilaku Respon (Operant
Conditining) B.F Skinner.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar